1.
RUANG
LINGKUP TEKNIK ELEKTRO
Adalah cabang ilmu pengetahuan yang memusatkan
perhatian pada segala sesuatu tentang listrik, meliputi kegiatan-kegiatan : perancangan konstruksi
dan cara penggunaan peralatan-peralatan listrik untuk berbagai macam tujuan. Mulai dari
menggerakan,menyalurkan dan mendistribusikan tenaga listrik, untuk telekomunikasi (televisi, radar dan
sebagainya) sampai dengankomputer elektronik
Karena luasnya ruang lingkup elektronik ini, ada
beberapa spesialisasi dalam jurusan elektronik, seperti : teknik tenaga listrik, telekomunikasi,
elektronika, sistem kendali, dan teknik komputer(Elkonter).Kurikulum
jurusan elektronik selain meliputi mata kuliah dasar seperti: Matematika dan Fisika, juga mata kuliah elektronik sendiri seperti :
rangkaian listrik, teori medan, elektronika, mesin arus searah, pusat tenaga termal, jaringan
telekomunikasi, trasmisi daya arus bolak balik dan sebagainya. Baru pada tingkat-tingkat terakhir diberikan mata
kuliah berdasarkan spesialisasi-spesialisasi yangdisebutkan
diatas.Lapangan pekerjaan bagi sarjana Elektronik tersedia pada berbagai perusahaan industri, pada pabrik-pabrik untuk merancang, mengatur dan mengawasi penggunaan tenaga listrik, pada industri elektronika, pada unit-unit telekomunikasi juga
padapusat tenaga listrik di berbagai tempat di Indonesia, di LEN (Lembaga Elektronika Nasional), PLN dan sebagainy
2. PENGERTIAN TEKNIK
ELEKTRO
Teknik listrik atau teknik
elektro (bahasa Inggris: electrical
engineering) adalah salah satu
bidang ilmu teknik mengenai aplikasi listrik untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Teknik listrik melibatkan konsep, perancangan, pengembangan, dan
produksi perangkat listrik dan elektronik yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Insinyur listrik adalah kaum profesional yang memegang peranan penting dalam
mengembangkan dan memajukan teknologi tinggi dalam dunia komputer, laser,
penjelajahan angkasa, telekomunikasi, energi, dan aplikasi lainnya dari
perangkat dan sistem elektronik. Teknik listrik bekerja sama dengan insinyur dari area
lain seperti teknik kimia, teknik mesin, dan teknik sipil untuk merancang,
mengembangkan, dan membantu produksi berbagai macam produk dan jasa seperti
sistem distribusi energi, komputer pribadi, sistem satelit, radio genggam,
sistem radar,mobil listrik, jantung buatan, dan lain-lain yang melibatkan
komponen listrik dan elektronik.
Teknik
Elektro (Electrical Engineering) adalah bidang ilmu yang secara khas mencermati
pola gerakan elektron-elektron dalam suatu piranti elektronis serta
pemanfaatnya sebagai pembawa informasi. Disiplin ilmu ini mempelajari
perancangan peralatan elektronis untuk suatu tugas tertentu dan pemanfaatannya
sebagai untai elektronik atau modul-modul pembentuk sistem yang lebih besar
sehingga mampu melaksanakan tugas-tugas yang lebih sulit. Teknik Elektronika
membawa para mahasiswa untuk bekerja dalam bidang ilmu dan profesi yang sangat
dinamis dan menantang, khususnya dengan perkembangan teknologi yang amat pesat
akhir-akhir ini.
Jurusan
Teknik Elektro dibuka untuk menghasilkan sarjana muslim dalam bidang Teknik
Elektro yang memiliki integritas kepribadian dan keilmuan yang tinggi, memiliki
kemampuan bekerja atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi,
mampu mengantisipasi situasi yang baru di dalam profesi yang ditekuninya, dan
memiliki motivasi untuk mengikuti perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan.
Bidang
aplikasi Teknik Elektro antara lain adalah perencanaan dan perancangan
perangkat keras maupun lunak sistem komputasi, sistem kendali, instalasi
kelistrikan (dari proses pembangkitan energi listrik, distribusi hingga
pemanfaatannya di tangan konsumen), sistem robotika untuk otomasi
manufaktur/pabrikasi, peralatan medis, dan telekomunikasi. Luasnya aplikasi
Teknik Elektronika tersebut berarti peluang untuk bekerja pada bidangnya masih
terbuka luas.
Sarana
perkuliahan yang representatif, staf pengajar dan dosen pembina yang
berkualitas dari Teknik Elektro UGM serta doktor dan master dari berbagai
instansi ? STTTelkom, Telkom, PT. INTI, serta fasilitas laboratorium yang
memadai (laboratorium elektro dasar, mesin listrik dasar, instalasi listrik dan
elektronika. Laboratorium sistem digital, elektronika lanjut, sistem kendali
dan sistem telekomunikasi sedang dikembangkan) diharapkan dapat menghasilkan
lulusan-lulusan yang berkualitas dan mempercepat perkembangan Teknik Elektro
pada masa yang akan datang.
3.
PERKEMBANGAN TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA
Era
keemasan telekomunikasi tradisional yang ditandai penggunaan asap, lampu,
surat/pos, bahkan kentongan berakhir ketika pada 24 Mei 1844 F.B Morse berhasil
mengirimkan pesannya dari Baltimore ke Washington DC melalui telegraf. Periode
ini menandai oleh apa yang disebut Everett M Rogers (1986: 25)
sebagai Era Telekomunikasi. Sebelumnya, pesan semacam ini
selalu dibawa oleh kurir yang kecepatannya sangat tergantung pada kendaraan
yang ditumpangi. Penemuan ini semakin berkembang saat Alexander Graham Bell
secara tidak sengaja berhasil membuat eksperimen pengiriman suara dari satu
ruangan ke ruangan lain di laboratorium pada 1876.
Keberhasilkan
Morse dan Graham Bell diikuti penemuan telegraf oleh Guiglielmo Marconi pada
1896. Pada tanggal 21 Desember 1901, Marconi berhasil mengirimkan pesan
gelombanng radio melintasi Lautan Atlantik. Digabungkan dengan penemuan
telegraf yang memanfaatkan gelombang radio dan kode morse, teknologi komunikasi
banyak digunakan di lingkungan kelautan (maritim), terutama untuk mengirimkan
pesan antara kapal yang berada di laut dan saluran komunikasi di pantai/darat.
Teknologi dasar telegraf dengan kode morse ini kemudian terus dikembangkan
lebih lanjut dan pada gilirnnya nanti menjadi cikal bakal penemuan telepon,
radio, bahkan internet.
Telepon
menjadi ujung tombak bagi pengembangan infrastruktur telekomunikasi. Awalnya
telepon sangat terbatas daya jangkau, konektivitasnya, serta tidak mudah
dioperasikan. Infrastruktur telepon yang kompleks dan rumit ini dari waktu ke
waktu terus-menerus dikembangkan dengan memanfaatkan gelombang mikro, satelit,
dan transmisi sistem fiber-optik. Puncak dari pengembangan teknologi telepon di
abad 19 adalah penemuan sistem digital dan pengembangan teknologi telepon
bergerak /mobile yang melahirkan perangkat-perangkat digital seperti mobile
phone, pager, dan telepon selular. Dalam perkembangan
mutakhir, generasi kedua dari telepon seluler ini sudah sepenuhnya menggunakan
sitem digital.
Sementara
itu, untuk infrastruktur internet, penemuan TCP (Transfer Communication
Protocol) dan IP (Internet Protocol) sebagai protokol
standar resmi memungkinkan pengembangan lebih lanjut internet dan teknologi
yang mendukungnya. Tahun 1984, jumlah host pada jaringan internet mencapai
lebih dari 1.000 titik. Host-pun berkembang menjadi DNS (Domain Name
Sytem) sebagai standardisasi nama domain dan menggantikan fungsi tabel
host. Jumlah di atas pun terus berkembang sehingga pada tahun 1987 telah
melewati 10.000 titik jaringan (Wahyono, 2006: 133). Sebelumnya, pada periode
tahun 70-an, jaringan komputer biasanya hanya terdapat di perusahaan-perusahaan
besar. Jaringan komputer tersebut saling menghubungkan setiap departemendan
setiap cabang ke sebuah pusat pengendalian(central control point). Pada
masa itu pengertian network security juga sudah ada, namun
fokus utamanya hanya untuk kebutuhan para user di dalam network itu
sendiri(intranet) guna meminimalkan tingkat risiko pengamanan (security
risk).
Dengan
melihat platform infrastruktur komunikasi, sistem informasi
yang berbasis teknologi komputer (computer based information system), maka
infrastruktur komunikasi pada hakekatnya mempunyai fungsi-fungsi Input,
Process, Output, danStrorage, yang paling tidak terdiri
atas 5 komponen penting, yakni; hardware, software, procedure,
brainware dan content dari informasi. Semua komponen
itu harus berkerja dengan baik itu dan saling terintegrasi agar dapat melakukan
fungsi-fungsi sebagaimana yang diharapkan. Data sebagai input untuk
menghasilkan suatu informasi yang berdaya guna ditentukan oleh kehandalan brainware dalam
menciptakan prosedur yang selanjutnya akan dikonkritkan dengan kehadiran softwareyang
sesuai agar hardware dapat bekerja untuk mengolah dan
menampilkan informasi sebagaimana yang ditentukan atau diharapkan (Wahyono,
2006: 133).
Selanjutnya
agar dapat berkomunikasi dengan komputer yang lain, maka harus berbentuk satu
bahasa yang pembangunan jaringan kerjanya harus sesuai dengan protokol
komunikasi yang dipakai oleh semua pihak, seperti Electronic Data
Interchange/EDI (proprietary system) dan Internet protocol (open
system). Karena sistem tersebut saling terintegrasi dan terhubung
secara online, maka hubungan komunikasinya menjadi bersifat real-time dan
interaktif (Wahyono, 2006: 134).
Teknologi Telekomunikasi di Indonesia
Sejak
Amerika Serikat meluncurkan ‘The National Infrastructure Information’-nya
pada tahun 1991, banyak negara industri lain di dunia bergegas menyusul dengan
meluncurkan kebijakan-kebijakan infrastruktur komunikasinya. Dalam kurun waktu
lima tahun setelah itu, negara-negara Eropa seperti Perancis, Denmark, Inggris,
Jerman, dan lainnya merancang dan mempublikasikan kebijakan-kebijakansuperhighways informasi
mereka. Inggris menamai programnya dengan ‘The Information Society
Initiative’ dan Jerman ‘The Info 2000’. Di Asia, Jepang
menampilkan kebijakan serupa pada tahun 1994 (Yuliar, dkk, 2001: 162-163).
Tak
lama kemudian, yakni tahun 1996, negara-negara di wilayah Asia Tenggara pun
tidak mau ketinggalan meluncurkan kebijakan-kebijakan infrastruktur komunikasi-
informasi mereka, seperti Filipina dengan ‘Tiger’, Malaysia
dengan ‘Multimedia Super Coridor’ dan Singapura dengan ‘Singapore-ONE’.
Pada awal tahun 1997, Indonesia meluncurkan kebijakan infrastruktur superhighways informasi
yang diberi nama‘Nusantara 21’, yang selanjutnya dikuatkan dengan
dikeluarkannya Keppres No. 30 tahun 1997 mengenai Pembentukan Tim Koordinasi
Telematika Indonesia, yang bertugas mengkoordinasikan pengembangan pembangunan dan
pemanfaatan telematika di Indonesia (Yuliar, dkk, 2001: 162-163)
Namun
demikian, menurut Yuliar, dkk (2001: 172), kebijakan infrastruktur dalam
proyek ‘Nusantara 21’ masih dipengaruhi kepentingan
pemerintah, seperti dicerminkan dari hubungannya dengan kebijakan pertahanan
dan keamanan, persatuan dan kesatuan Indonesia, ketahanan nasional, dan Wawasan
Nusantara. Begitu pula peran pemerintah masih sangat dominan melebihi
pihak-pihak lain, misalnya swasta dan masyarakat, dengan adanya Tim Koordinasi
Telematika Indonesia, berdasarkan Keputusan Presiden No.30/1997, yang
melibatkan 14 menterinya, yaitu 1 menteri koordinator, 8 menteri departemen,
dan 5 menteri negara, namun tidak melibatkan pihak-pihak di luar pemerintahan.
Dengan demikian‘Nusantara 21’ mencerminkan warna sentralisasi yang
masih sangat kuat dan nuansa demokratisasi kurang diperhatikan. Akibatnya
visi ‘Nusantara 21’ yang awalnya dikenalkan secara top
down sebagai simbol yang mengemas kerangka pembangunan infrastruktur
pemerintah Orde Baru tersebut lengser mengikuti lengsernya pemerintahan Orde
Baru. Selain itu krisis ekonomi, sosial, dan politik pada tahun 1997 serta
bangkitnya semangat otonomi daerah mengikis proyek‘Nusantara 21’ yang
dinilai sangat kental bernuansa sentralistik.
Secara
konseptual, ‘Nusantara 21’ adalah sebuah visi nasional yang
memperjuangakan bsnagsa Indonesia untuk memasuki kancah persaingan ekonomi
global di abad 21. Sebagai kebijakan, infrastruktur informasi ‘Nusantara
21’ tidak telepas dari visi Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional,
baik dari segi ekonomi, sosial, politik, serta pertahanan dan keamanan, yang
telah muncul sejak adanya konsep satelit telekomunikasi Palapa 16 Agustus 1976.
Bahkan ‘Nusantara 21’ lebih terlihat sebagai pemutakhiran dari
proyek Palapa, dengan tetap menggunakan pendekatan pada nilai-nilai pemersatuan
seluruh Nusantara sebagai negara kepulauan. Dengan demikian, secara
paradigmatis, tidak ada sesuatu yang relatif baru dari proyek ‘Nusantara
21’ bagi pembangunan infrastruktur komunikasi Indonesia dibanding
proyek satelit palapa sebelumnya.
Dari
sisi teknologi, sebelum satelit Palapa mengorbit, Indonesia hanya mengenal
telekomunikasi yang bersifat teresterial, yakni yang jangkauannya masih
dibatasi oleh lautan. Telekomunikasi seperti ini tidak bisa menjangkau
pulau-pulau, kecuali melalui penggunaan SKKL (Saluran Komunikasi Kabel Laut).
Tetapi sistem SKKL itupun masih mahal dan sulit untuk dipergunakan. Setelah
satelit Palapa mengorbit, jangkauan telekomunikasi Indonesia dapat menjangkau
seluruh nusantara, kecuali beberapa daerah blank spot. Satelit
Palapa yang diluncurkan waktu itu tidak hanya dapat digunakan untuk telepon,
namun juga dapat dimanfaatkan untuk pengiriman faksimili, telex, telegram,
videotext, dan berbagai informasi dalam bentuk lain, termasuk di bidang
penyiaran (broadcasting), serta sistem cetak jarak jauh bagi suratkabar.
Dengan demikian, pembangunan infrastruktur telekomunikasi yang dimuali dari
peluncuran Satelit Palapa berdampak positif bagi penanaman investasi
asing. Sebelumnya pada inverstor enggan melirik Indonesia karena buruknya
infrastruktur telekomunikasi yang ada di tanah air.
Satelit-satelit
Komunikasi Indonesia
No
|
Nama
|
Waktu Peluncuran
|
Jumlah Transponder
|
Pesawat Luncur
|
Perkiraan Usia
(Tahun)
|
1.
|
Palapa A-1
|
08-07-1976
|
12
|
Delta 2914
|
7
|
2.
|
Palapa A-2
|
10-03-1977
|
12
|
Delta 2914
|
7
|
3.
|
Palapa B-1
|
19-06-1983
|
24
|
Challenger
|
8
|
4.
|
Palapa B-2
|
06-02-1984
|
24
|
Challenger
|
8
|
5.
|
Palapa B-2P
|
20-03-1990
|
24
|
Delta 3920
|
8
|
6.
|
Palapa B-2R
|
20-03-1990
|
24
|
Delta 6925-8
|
8
|
7.
|
Palapa B-4
|
07-05-1992
|
24
|
Delta 7925
|
11
|
8.
|
Palapa C-1
|
01-02-1996
|
34
|
Atlas 2 AS
|
14
|
9.
|
Palapa C-2
|
15-05-1996
|
36
|
Ariane 144 L
|
14
|
10.
|
Palapa D-1
|
31-08-2009
|
40
|
Chinese long march
3B
|
10*
|
11.
|
Telkom-1
|
13-08-1999
|
36
|
Ariane
|
15
|
12.
|
Telkom-2
|
17-11-2005
|
24
|
Ariane 5
|
15
|
Di berbagai
belahan dunia, munculnya teknologi broadband memudahkan orang
mengakses internet di mana saja dengan teknologi mobile. Bila
teknologi generasi pertama/1G yaitu NMT (Nordic Mobile Telephony) dan
AMPS (Advanced Mobile Phone System) yang muncul pada awal 1990-an
sekadar melampaui keterbatasan fungsi telepon yang statis menjadi dinamis,
serta hanya menampilkan suara, maka pada teknologi generasi kedua/2G, GSM
(Global System for Mobile) yang bergerak pada pertengahan dekade
1990-an, teknologi seluler tidak hanya mampu menjadi wahana tukar informasi
dalam bentuk suara, tetapi juga data yang berupa teks dan gambar (SMS dan MMS).
Karena murah, akses teknologi mobile generasi kedua ini
berkembang pesat di Indonesia, sehingga memasuki 2000-an, handphone menjadi
perangkat hidup (gadget) sehari-hari.
Sejak
tahun 2006, masyarakat di Indonesia sudah bisa menikmati layanan audio-visual
yang lebih canggih dengan teknologi generasi ketiga (3G). Ada juga pilihan
koneksi internet ke aplikasi seluler dengan sistem UMTS, WiFi, dan WiMAX (Worlwide
interoperability for Microwave Access). Aplikasi teknologi terbaru
berkaitan dengan kecepatan akses sebagaimana ditunjukkan oleh beberapa jaringan
operator seluler antara lain berupa jaringan cepat yang dikenal dengan High-Speed
Downlik Packet Access (HSDPA) atau sering disebut dengan 3,5G; yaitu
generasi yang merupakan penyempurnaan dari 3G. Terakhir, tidak lama lagi,
vendor maupun operator seluler siap dengan teknologi Next Generation
Network (NGN) atau 4G. Pada babakan inilah apa yang disebut
konvergensi media akan mencapai titik maksimal. Lewat segenggam handset,
orang di berbagai penjuru dunia bisa mengakses informasi secara cepat dan
lengkap sesuai kebutuhan (Yusuf dan Supriyanto, Jurnal Komunikasi UII,
Volume 1, No. 2, April 2007).
Perkembangan
lebih lanjut dari teknologi 4G ini adalah revolusi WCDMA (Wideband Code
Division Multiple Access) menjadi LTE (Long Term Evolution) dan
revolusi EV-DO (Evolution for Data Only) menjadi UMB (Ultra Mobile
Broadband). Pada awalnya LTE dan UMB dijadwalkan masih cukup lama
untukmmulai diimplementasikan, mungkin akan lebih cepat dengan kemunculan WiMAX
(Worlwide interoperability for Microwave Access) yang memiliki kemampuan
seperti halnya 4G (Djamili, Kompas,7 April 2008).
Bagi
teknologi 3G, WiMAX mobile bisa dikatakan sebagai suatu ancaman. Dengan
kemampuan layanan komunikasi data yang lebih cepat dari 3G yang ada saat
ini, WiMAX mobile menawarkan kinerja yang lebih baik penggunanya. Di lain
sisi jika layanan panggilan suara dengan teknologi VoIP (Voice over Internet
Protocol) diintegrasikan melalui WiMAX, diprediksi akan memicu persaingan
ketat antara 3G dan WiMAX. Dalam ketersediaan teknologi, saat ini teknologi LTE
maupun UMB –sebagai revolusi secara alamiah teknologi 3G—memiliki keterlambatan
ketersediaan dibanding teknologi WiMAX (Djamili, Kompas, 7
April 2008).
Menurut
Djamili (Kompas, 7 April 2008) Kemunculan WiMAX di Indonesia
semakin dekat dengan ditandatanganinya peraturan mengenai aspek persyaratan
teknis untuk sistem BWA di pita frekuensi 2,3 GHz oleh Dirjen Postel pada 26
Februari 2008. Peraturan ini tentunya akan menjadi acuan dalam dokumen lelang
BWA yang dijadwalkan pada tahun 2008 ini. Meksipun tidak disebutkan secara
spesifik bahwa pita frekuensi ini merupakan alokasi untuk teknologi WiMAX,
namun dalam siaran pers disebutkan bahwa Dirjen Postel bersama-sama dengan
lembaga penelitian dan perguruan tinggi membuat program penelitian perngkat
radio WiMAX di frekuensi 2,3 GHz sehingga kemungkinan besar teknologi WiMAX
akan diimplementasikan.
Lebih
lanjut, Djamili (Kompas, 7 April 2008) menyebutkan, WiMAX memiliki
kemampuan memberikan layanan koneksi ADSL (Asymmetric Digital Subscriber
Line) seperti layanan Telkom Speedy tetapi melalui jaringan nirkabel,
sehingga berpotensi menjadi alternatif layanan bagi masyarakat dan bagi
daerah-daerah terpencil yang belum terjangkau jaringan telepon. Selain itu,
WiMAX memiliki kemampuan seperti sistem seluler (mobility) sehingga
dapat memberi layanan seperti 3G saat ini
4.
PERKEMBANGAN TEKNIK ELEKTRO DI INDONESIA
1.PERKEMBANGAN TEKNIK ELEKTO DI MASA DULU
Revolusi besar-besaran terhadap elektronika terjadi sekitar tahun 1960-an,
dimana saat itu mulai ditemukan suatu alat elektronika yang dinamakan
Transisor, sehingga dimungkinkan untuk membuat suatu alat dengan ukuran yang
kecil dimana sebelumnya alat-alat tersebut masih menggunakan tabung-tabung
facum yang ukurannya besar serta mengkonsumsi listrik yang besar.
Hanya dalam kurun waktu 10 tahun sejak ditemukan nya transistor, ditemukan sebuah
rangkaian terintegrasi yang dikenal dengan IC ( Integrated Circuit ) merupakan
sebuah rangkaian terpadu yang berisi puluhan bahkan jutaan transistor di
dalamnya. Sehingga kita bisa melihat sebuah perangkat elektronika semakin kecil
bentuknya tetapi semakin banyak fungsinya sebagai contoh telephone genggam (
Handphone ) yang anda pakai saat ini dengan telephone genggam yang kita pakai
beberapa tahun yang lalu. Semua itu berkat revolusi Silikon sebagai bahan dasar
pembuatan Transistor dan IC atau CHIP
Kemudian pada era pemanfaatan komputer untuk aplikasi pemonitoran dan
pengendalian berawal tahun 1950-an, terutama pada pusat-pusat tenaga listrik.
Pada dasawarsa 1960-an dan 1970-an terjadi peningkatan tajam dalam otomatisasi
daya sebagai mini komputer. Muncul antara lain sistem SCADA (Supervisory
Central and Data Acquisition) dan EMS (Energy Management Syatem).
2. PERKEMBANGAN TEKNIK ELEKTRO DI MASA SEKARANG
Dalam kehidupan sehari-hari kita banyak
menemui suatu alat yang mengadopsi elektronika sebagai basis teknologinya
contoh ; Dirumah, kita sering melihat televisi, mendengarkan lagu melalui tape
atau CD, mendengarkan radio, berkomunikasi dengan telephone. Dikantor kita
menggunakan komputer, mencetak dengan printer, mengirim pesan dengan faximile,
berkomunikasi dengan telephone. Dipabrik kita memakai alat deteksi,
mengoperasikan robot perakit, dan sebagainya. Bahkan dijalan raya kita bisa
melihat lampu lalu-lintas, lampu penerangan jalan yang secara otomatis hidup
bila malam tiba, atau papan reklame yang terlihat indah berkelap-kelip dan
masih banyak contoh yang lainnya. Dari semua uraian diatas kita dapat
membuktikan bahwa pada zaman sekarang ini kita tidak akan lepas dari perangkat
yang menggunakan elektronika sebagai dasarteknologinya.
Maka perkembangan teknik elektro pada masa sakarang sangatlah besar, contohnya
saja dibidang listrik Teknologi turbin gas, siklus kombinasi dan kogenerasi.
Turbin gas kini memegang peran penting di dalam pengembangan pusat-pusat
pembangkit tenaga listrik yang baru. Peran itu tampaknya masih akan berlanjut.
Sebab utama dominasi ini adalah efisiensi termal yang tinggi. Perkembangan yang
cepat dari teknologi turbin gas mulai awal 1990an meningkatkan efisiensi pusat
listrik siklus kombinasi mendekati 60 persen dengan mempergunakan gas bumi
sebagai bahan bakar. Diperkirakan bahwa efisiensi ini masih akan lebih
meningkat lagi dalam beberapa tahun mendatang. Selain daripada itu,
pembangkitan siklus kombinasi dengan bahan bakar gas, sering disebut pusat
listrik tenaga gas uap, atau PLTGU, adalah relatif lebih murah dari
PLTU-bataubara. Lebih baik lagi bilamana dapat diperoleh pemasokan gas bumi
dengan harga rendah. Selanjutnya juga dapat disebut bahwa gas bumi sering
disebut sebagai bahan bakar yang "bersih" sehingga sebuah PLTGU mengakibatkan
pencemaran lingkungan minimal. Indonesia, dalam hal ini PT PLN (Persero), kini
telah banyak mengoperasikan PLTGU. Dapat dikemukakan bahwa pada saat ini
perusahaan Amerika GE (General Electric) berusaha untuk meningkatkan efisiensi
PLTGU yang dapat melampaui 60 persen dengan mempergunakan siklus kombinasi
Kalina, yang mempergunakan sebagai fluida kerja suatucampurandariairdanamonia.
Teknologi kogenarsi, yang membangkitkan energi listrik dan panas dapat
menghasilkan efisiensi yang lebih tinggi lagi bahkan hingga 90 persen.
Teknologi ini juga sudah dimanfaatkan di beberapa pabrik di Indonesia.
Kita juga bias meliahat perkembangan teknik elektronika. Kemajuan-kemajuan yang
terjadi dalam teknologi komputer dan komunikasi merupakan daya dorong penggunaan
otomatisasi dalam semua industri. Secara umum dapat dikatakan, bahwa banyak
kemajuan terjadi dalam bidang-bidang komunikasi, pembangkitan, operasi
distribusi dan layanan pelanggan.
Teknologi komunikasi memegang peran penting. Pada umumnya, perusahaan-perusahaan
memiliki dan mengoperasikan sistem komunikasi dengan kemampuan yang terbesar di
banyak negara. Antara laian dapat dikemukakan pemanfaatan PLC (Power Line
Carriers) antar pusat tenaga listrik melalui saluran-saluran transmisi.
Teknologi-teknologi baru seperti pemanfaatan satelit, serta serat optik dan
sistem komunikasi seluler kini telah mencapai tingkat pemantapan yang tinggi.
Selain dari itu banyak menara radio yang telah dipasang yang dapat dipakai
sebagai antena. Penggunaan teknologi komunikasi yang mutakhir akan senantiasa
diperlukan dan dimanfaatkan.
3. PERKEMBANGAN TEKNIK ELEKTRO DI MASA YANG AKAN DATANG
Pada masa yang akan datang , kemajukan teknologi khsusnya dibidang elektronika,
akan sangat besar. Karena kemajuan yang sakarang ini masih sangat dirasakan
kurang, sehingga manusia nantinya akan kembali berupaya untuk menemukan
peralatan-peralatan teknologi khsusnya dibidang elektronika yang bias sangat
bermanfaat bagi manusia.
4. ARAH
PERKEMBANGAN TEKNIK ELEKTRO MENURUT SAYA SENDIRI
Pertama-tama
saya ulas dulu perkembangan tekhnik elekto saaat ini ,menurut saya dengan
semakin majunya dunia menuju arah modern atau berbasis teknologi yang hari demi
hari selalu terciptanya tekhnologi yang baru
maka kita disini di tuntut untuk
bias mengikutinya ,perkembangan tekhnik elektro sangat maju pesat karna hampir
semua aktifitas manusia di bantu oleh tekhnologi sedangkan yang memantau
tekhnologi itu adalah lulusan teknik elektro,karna hampir semua tekhnologi
memakai hadware berbasis elektronika, oleh karna itu lulusan teknik elektro sangat
di butuhkan untuk memperbaiki problem yang terjadi , disamping itu kita harus bisa
menciptakan suatu hal yang baru yang bisa mendobrak dunia ke arah lebih maju ,
ARAH LULUSAN TEKNIK ELEKTRO
4 kebutuhan dasar manusia
energi, transportasi, telekomunikasi dan informatika disiplin ilmu sarjana
teknik elektro berada di garis terdepan. Sarjana Teknik Elektro
kita dituntut untuk mampu membuktikan profesionalismenya dalam memenuhi 4
kebutuhan dasar ini,
Profesi Sarjana Teknik
Berbicara mengenai
pembinaan profesi seorang sarjana teknik pada hakekatnya adalah berbicara
mengenai upaya menjadikan seorang Sarjana/Pasca Sarjana untuk mampu memiliki
profesionalisme dalam menerapkan pengetahuan dan keahlian kesarjanaannya untuk
kepentingan lingkungan masyarakatnya. Profesionalisme yang dimilikinya di sini
perlu diartikan bahwa ia harus senantiasa mampu melihat bukan saja lingkungan
di mana ia berada sekarang, tetapi juga ke belakang di masa lalu untuk
diarahkan ke masa-depan, agar ia senantiasa dapat berperan penting dalam
menentukan kemajuan masyarakat itu sendiri.Dalam alam Pembangunan Nasional,
kualifikasi seorang sarjana teknik profesional Indonesia adalah sudah barang
tentu yang memberikan prioritas utama dedikasi darma-baktinya kepada
kepentingan Bangsa dan Negara. Namun tidak dapat diingkari bahwa kebutuhan
individualnya untuk meningkatkan kesejahteraan melalui pemanfaatan
kesarjanaannya itu juga perlu menjadi bagian penting dari motivasi
mengembangkan profesionalisme itu sendiri.
Dengan demikian
pengertian profesionalisme seorang sarjana Indonesia adalah tidak lepas dari
kemampuannya menerapkan pengetahuan dan keahlian kesarjanaannya untuk
kepentingan umum (external) secara serasi dan selaras dengan kepentingan untuk
memenuhi kebutuhan kesejahteraan individualnya (internal). Hanya dengan
keseimbangan demikianlah ia akan dapat mengembangkan dirinya menjadi sosok
Sarjana Teknik yang kreatif, inovatif dan produktif serta senantiasa sadar akan
masa lalu, masa kini dan antisipatif ke masa depan. Seorang sarjana teknik
profesional Indonesia yang demikian akan merupakan sosok manusia yang tinggi
integritas/kepribadiannya dan berwibawa di tengah- tengah lingkungan
masyarakat. Sarjana Teknik yang berkarakter demikianlah yang kiranya diperlukan
dalam alam Pembangunan Nasional kita dewasa ini dan di masa-masa mendatang.
Dampak Globalisasi
Ekonomi
Uraian di atas baru
merupakan kualifikasi dasar bagi profesionalisme seorang sarjana Indonesia,
perkembangan dan perubahan lingkungan global yang terjadi dengan cepat dewasa
ini dan di masa mendatang juga menuntut manifestasi kualifikasi profesionalisme
yang sesuai dengan perkembangan tersebut, agar para sarjana Indonesia dapat
tetap mempertahankan diri bahkan mampu mengembangkan dalam keberadaan
peranannya di tengah-tengah masyarakat.
Abad XXI yang 3 tahun
lagi kita masuki bersama akan merupakan era ekonomi dunia global yang ditandai
dengan perdagangan dan investasi yang bebas (borderless). Setiap negara harus
mampu menyelenggarakan ekonominya secara bersaing dengan ketat, agar tetap survive. Konsekuensi dari
adanya lingkungan masyarakat dunia yang demikian ini menuntut kualifikasi
profesionalisme seorang Sarjana Teknik Indonesia yang mencakup kemampuan
menempatkan dirinya dan menerapkan pengetanuan serta keahlian kesarjanaannya
dalam konteks hubungan ekonomi, yaitu hubungan interaksi antara permintaan
(demand) dan penawaran (supply) akan produk-produk baik berupa barang-barang
maupun jasa-jasa teknik yang terus berkembang dengan pesat sejalan dengan
perkembangan perekonomian global (termasuk domestik) yang sangat cepat dan
dinamis. Sarjana Teknik Indonesia yang profesional dituntut untuk tidak saja
mampu menyediakan barang- barang/jasa-jasa yang bersaing, tetapi juga mampu
menembus bahkan menciptakan peluang- peluang pasar baru, atau sebagai
dinamisator pasar (demand creating). Dengan demikian Sarjana Teknik Elektro
Indonesia harus memiliki orientasi techno-economics dan
mampu berkecimpung dan disegani di pasar global. Market leadership, paling tidak di pasar domestik dan regional
harus dapat dimiliki oleh para sarjana teknik Indonesia.
Konsekuensi lain dari
perkembangan ekonomi global yang menuntut daya saing tinggi masa kini dan di
masa mendatang adalah perlunya Sarjana Teknik Indonesia memiliki kualifikasi
sebagai peneliti, dan sampai tingkat yang optimal, pengembang akan produk-
produk teknik baru yang dapat mendinamisir pasar tersebut. Dalam jangka
panjangnya sudah barang tentu penelitian dan pengembangan ini juga ditujukan
untuk dapat menemukan ilmu-ilmu dan teknologi baru yang lebih mendasar.
Tantangan dan Peluang
Sungguh, tantangan yang
dihadapi oleh para Sarjana Teknik Indonesia dalam mengembangkan profesinya ini
sangatlah berat, khususnya di tengah-tengah derasnya arus penguasaan ilmu dan
teknologi (iptek) oleh negara-negara maju yang telah sangat jauh berada di
depan kita. Iptek canggih yang telah mereka kuasai itu sudah begitu jauh dari
jangkauan kita untuk dapat mengejarnya. Hal ini benar-benar suatu kenyataan
pahit yang harus kita hadapi. Lebih-lebih dengan sangat cepatnya iptek itu
sendiri berubah dan berkembang maka keadaannya makin lebih berat lagi bagi para
Sarjana Teknik kita untuk juga mampu menguasainya.
Namun dewasa ini dan di
masa-masa mendatang, era ekonomi pasar bebas justru menjanjikan peluang-peluang
baru bagi para Sarjana Teknik Indonesia untuk dapat mengembangkan
inovasi-inovasinya dan meraih nilai- tambah dalam menerapkan
pengetahuan/keahlian kesarjanaannya dalam konteks penyediaan dan demand creation akan barang-barang dan
jasa-jasa teknik terutama bagi kebutuhan Pembangunan Nasional kita. Bahkan
tidak mustahil para Sarjana Teknik kita akan dapat pula sekaligus berkiprah di
arena regional dan global secara bersaing.Hal ini dapat dicapai terutama
melalui penerapan profesi kesarjanaan kita dalam memanfaatkan
teknologi-teknologi yang telah ada. Dengan kejelian yang tinggi akan kebutuhan
pasar (domestik dan global) para sarjana teknik kita dapat merekayasa /
rancang-bangun dan bahkan melakukan penelitian & pengembangan (terapan)
atas produk-produk teknik berupa barang maupun jasa untuk keperluan pasar
dengan menggunakan teknologi yang telah tersedia di pasaran. Berbagai kebutuhan
hidup dan pembangunan akan memerlukan berbagai produk berupa sistem-sistem dan
subsistem- subsistem yang merupakan ramuan teknologi-teknologi yang ada
tersebut. Ini benar-benar merupakan peluang pengembangan profesi para Sarjana
Teknik kita yang sangat besar yang perlu kita kelola dengan baik.
Untuk itu para Sarjana
Teknik kita dituntut untuk selalu memiliki kemutakhiran pengetahuan dan
informasi mengenai teknologi-teknologi yang sudah ada itu serta perkembangannya
di dunia.
Sudah barang tentu
apabila proses penguasaan teknologi untuk kebutuhan pasar ini dapat diraih,
dengan dukungan penuh dari Pemerintah kegiatan riset iptek yang lebih strategis
guna menemukan Iptek baru dapat secara selektif dikembangkan.
Profesi Sarjana Teknik
Elektro
Dengan membahas hal-hal
yang telah dikemukakan tadi maka sampailah kita pada pembahasan mengenai
pengembangan profesi dan profesionalisme Sarjana Teknik Jurusan Elektro.
Untuk itu kita perlu
melihat dan merenungkan kembali apa dan sejauh mana lingkup profesi kesarjanaan
teknik elektro itu sendiri dalam konteks dunia masa kini dan masa mendatang
(Abad XXI). Agar dapat mengidentifikasikannya dengan tepat maka kita perlu
memahami apa saja kebutuhan masyarakat akan produk teknik elektro di dalam era
globalisasi ini.
Pada dasarnya manusia
modern di Abad XXI akan terus membutuhkan 4 hal yaitu:
1. Energi, khususnya yang
berupa tenaga listrik, agar manusia mampu menyelenggarakan usaha-usaha.
2. Transportasi, agar
manusia mampu memiliki mobilitas, hal mana mutlak diperlukannya dalam melakukan
usaha- usaha itu.
3. Telekomunikasi, agar
manusia mampu memiliki efektivitas dan efisiensi dalam melakukan hubungan
antar-manusia yang mutlak diperlukan dalam menyelenggarakan usaha- usahanya
tersebut.
4. Informatika, yang sejak
dua dasawarsa ini telah makin tampil sebagai kebutuhan dasar manusia, dalam
rangka memiliki kemampuannya mencapai optimasi usaha sehingga berdaya-saing
tinggi. Kehadirannya merebak kuat semenjak berkembangnya teknologi digital yang
masih memiliki cakrawala tak terbatas untuk dikembangkan (vis a vis teknologi
analog yang telah mencapai ambang batas kejenuhannya).
Teknologi digital telah
mendorong berkembangnya teknologi informasi/cybernetika yang merupakan
perpaduan antara teknologi perangkat keras dan teknologi perangkat lunak dengan
cakupan pemanfaatannya yang sangat luas dalam berbagai kehidupan manusia.
Kemampuannya dalam melakukan proses pengambilan keputusan yang sangat rumit dan
berskala besar yang tidak mungkin dilakukan secara manual oleh manusia,
benar-benar telah menyebabkan revolusi budaya manusia dewasa ini.Adalah suatu
kenyataan bahwa teknologi informasi inilah yang telah mengantarkan dunia masuk
ke dalam era globalisasi dan ekonomi pasar bebas seperti yang sekarang kita
alami.
Sungguh Disiplin Ilmu
Sarjana Teknologi Elektro berada di garis terdepan dalam upaya memenuhi
4-kebutuhan dasar manusia ini. Sarjana Teknik Elektro kita dituntut untuk mampu
membuktikan profesionalismenya dalam memenuhi 4 kebutuhan dasar ini.
Upaya- upaya Pemerintah
Sebagai bagian akhir
dari pengarahannya, Menteri Sanyoto Sastrowardoyo menegaskan bahwa Pemerintah
sepenuhnya committed untuk menyediakan iklim
yang tepat bagi dunia usaha. Pemerintah sebagai fasilitator bagi pengembangan
usaha dan profesi Saudara-saudara terus akan melakukan langkah-langkah
reformasi berupa deregulasi dan debirokratisasi ekonomi sehingga pengembangan
profesi Sarjana Teknik Elektro kita dapat berkembang pesat.
Salah satu langkah
reformasi ke arah ini yang penting untuk disimak adalah kebijaksanaan
³privatisasi² dalam pembangunan subsektor ketenaga-listrikan dan subsektor
telekomunikasi, serta subsektor transportasi.
Menyadari akan
pentingnya kerjasama dengan pihak asing dan penciptaan peluang alih-teknologi
berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat, Pemerintah juga terus
menyempurnakan kebijaksanaan Penanaman Modal Asing (PMA) sehingga investasi
mereka di lndonesia dapat memberikan proximitas yang lebih baik bagi
peningkatan profesionalisme para Sarjana Teknik Elektro kita.
Berbagai insentif juga
diberikan oleh Pemerintah agar Usaha-usaha di bidang Teknik Elektro dapat
berkembang dengan baik di Indonesia.
Kerjasama regional dan
global yang kita canangkan juga merupakan suatu upaya yang pada hakekatnya
merupakan suatu upaya untuk memaksa kita sendiri meningkatkan produktivitas dan
kinerja agar mampu memiliki daya-saing internasional.
KESIMPULAN
Akhirnya, memang permasalahannya
terpulang kepada para Sarjana Teknik Elektro kita sendiri untuk mengatasinya.
Tentunya Konvensi akan merumuskan berbagai hal yang perlu segera dibenahi dan
dikonsolidasikan dalam mengembangkan profesi dan profesionalisme Sarjana Teknik
Elektro. Hal ini sudah barang tentu akan menyangkut aspek-aspek
pengorganisasian, perumusan kembali sasaran-sasarannya, dan penyusunan serta
pelaksanaan program-program kerjanya, sehingga wadah organisasi profesi
benar-benar dapat berperan sebagai suatu kebutuhan nyata bagi para anggotanya
dalam rangka mengembangkan profesi dan profesionalismenya. Hal inilah yang
benar-benar kita harapkan dapat terjadi dalam tenggang waktu yang tinggal
sangat singkat sekali sebelum kita semua harus sudah bertanding di arena global
di Abad XXI yang sudah di ambang pintu in